A. Kesenian dan Kebudayaan Jakarta (Betawi)
Indonesia adalah
negara yang memiliki banyak pulau yang di kelilingin oleh lautan dan setiap
daerah memiliki kesenian dan kebudayaan yang berbeda-beda pula. Ibukota
Indonesia adalah Jakarta. Rata-rata penduduk Jakarta adalah orang-orang yang
besaral dari Jakarta atau suku betawi. Namun saat ini sudah banyak masyarakat
luar Jakarta yang tinggal di kota Jakarta karena Jakata merupakan kota
metropolitan dan kota perantauan bagi mereka yang ingin mencari pekerjaan
bahnkan ingin mengubah nasip di perantauan.
Walaupun dikenal
sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang
ada di dalamnya khususnya mereka yang asli berasal dari kota Jakarta atau suku
betawi. Jakarta memang sebagai ibukota dari Negara Indonesia namun Jakarta
tidak akan pernah lepas dari kesenian dan kebudayaan yang ada dan menyangkut di
dalamnya. Saya akan mencoba untuk membuat artikel dan menjelaskan beberapa
kesenian dan kebudayaan yang ada di Jakarta atau suku Betawi.
1.
Kesenian dan Kebudayaan Jakarta (Betawi)
Jakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang beragam, dan berikut beberapa
kesenian dan kebudayaan yang ada di Jakarta:
·
Rumah Adat
Rumah adat asal
Jakarta ini bernama rumah kebaya. Bentuk atap rumah yaitu perisai landai yang
diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian teras.
Bangunannya ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula yang menapak di atas
tanah dengan lantai yang ditinggikan. Terdapat halaman rumah yang luas dan
terdapat pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat
dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas
tanah berbetuk kotak). Rumah ini terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang
tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.
·
Pakaian Adat
Pakaian adat Jakarta
di bagi menjadi pakaian adat untuk wanita dan laki-laki. Untuk laki-laki
biasanya menggunakan baju koko, celana batik, kain pelekat atau pun sarung yang
di taruh di leher serta peci yang digunakan, sedangkan wanita mengunakan baju
kurung lengan pendek atau pun kebaya, dengan menggunakan kain sarung batik dan
menggunakan kerudung.
Untuk pakaian saat
pernikahan pakaian laki-laki di buat dandanan cara haji. Pakaian pengantin
laki-laki ini meliputi jubah dan tutup kepala, sedang kan bagi perempuan dibuat
dandanan ala nona Cina dengan blus berwarna cerah.Bawahannya menggunakan rok
atau disebut Kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang sering
digunakan hitam atau merah hati. Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan
kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi dengan
cadar di bagian wajah.
·
Seni Tari
Betawi atau Jakarta
memiliki kesenian tari yang ada di daerah tersebut, diantaranya:
Tari Topeng. Tari ini sudah cukup lama di kenal sebagai
tari tradisional asal betawi. Seni tari ini biasanya di gelar saat ada
pernikahan, acara sunatan dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari
memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah
banyak dikreasikan, sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.
Tari Cokek Betawi. Tarian betawi
yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang
kaya rayaTarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong. Pakaian tari
Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina. Ciri khasnya dari tari
ini yaitu goyang pinggul yang geal-geol.
·
Musik
Ada beberapa musik khas Jakarta diantaranya:
GAMBANG KROMONG. Kesenian musik
ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat
dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina
yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara
lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian
Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah
Tangerang.
TANJIDOR. Tanjidor adalah
sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak
abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan
alat-alat musik yang di tiup dengan, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik
perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam
acara pawai daerah.
·
Bela diri
Betawi atau Jakarta
memiliki jenis bela diri tersendiri yang bernama Pencak Silat. Bela diri ini
dimainkan oleh 2 orang yang memainkan dengan menggunakan pakaian khas betawai
yaitu menggunakan baju koko, ikat pinggang khas betawi serta menggunakan peci.
Biasanya bela diri ini dgunakan sebagai perlengkapan pada acara pernikahan atau
pentas lainnya.
·
Kesenian
Berikut kesenian lain yang ada di betawi atau
Jakarta:
ONDEL-ONDEL. Ondel-ondel
adalah sebuah kesenian betawi berupa boneka yang tingginya mencapai sekitar ±
2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu agar
dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut
dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng
atau dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel
laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat
dengan warna putih.
LENONG. Lenong adalah
sebuah pertunjukkan drama dengan alumna musik gambang kromong dan di tambah
unsur lawakan dengan banyolan-banyolan tanpa adanya plot cerita.
Diatas adalah beberapa
kesenian dan kebudayaan yang ada di Jakarta atau Betawi. Masih banyak kesenian
dan kebudayaan yang ada di Jakarta. Semua itu bisa di cari dengan cara
membrowsing. Indonesia memang kaya akan kesenian dan kebudayaan yang ada di
setiap daerahnya, namun dengan perbedaan kesenian dan kebudayaan tiap daerah
menjadinya Indonesia beragam dan tidak menjadikan semua itu menjadi suatu
masalah atau konflik, namu menjadikan Indonesia itu satu dan saling menghargai
perbedaan yang ada. Dan sebagai mahasiswa sudah sepatutnya kita menjaga dan
melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya kebudayaan Betawi yang
ada di Jakarta, jangan sampai kebudayaan ini hilang dimakan oleh jaman karena
kemajuan teknologi dan budaya luar yang sudah masuk ke Indonesia.
B. KESENIAN
BUDAYA JAKARTA YANG HAMPIR PUNAH
Ilustrasi : Pemain
Tanjidor
|
Jakarta – Kelestarian budaya dan kesenian memang merupakan
momok bagi kota besar di penjuru dunia, tak terkecuali di Jakarta. Di
usianya yang kini telah menginjak 488 tahun,
sebuah tanda tanya besar mengemuka di rahim Ibukota, “Masih adakah ruang untuk Betawi di angkuhnya kota Jakarta?”
sebuah tanda tanya besar mengemuka di rahim Ibukota, “Masih adakah ruang untuk Betawi di angkuhnya kota Jakarta?”
Keberadaan budaya
Betawi yang notabennya merupakan alkulturasi dari ragam budaya yang ada di
Nusantara memang kian terkikis oleh perkembangan dan kencangnya arus jaman di
Jakarta. Semangat lokalitas yang hampir punah, hingga kebudayaan dan kesenian
yang dinilai tak lagi mampu menjamin “ongkos hidup” pelakunya menjadi momok
untuk keberlangsungan budaya Betawi.
Said, salah seorang
seniman Tanjidor – kesenian khas Betawi – mengakui sulitnya menjaga
keberlangsungan budaya Betawi. Baginya, salah satu kendala yang membuat
kesenian Betawi makin pudar adalah kurangnya minat dari generasi muda untuk
melirik warisan nenek moyang ini.
“Anak mudanya ogah, jadinye susah,”
ungkap seniman yang juga merupakan pimpinan grup Tanjidor 3 Saudara ini, Senin
(22/6).
Selain itu menurut
Said kesenian dan kebudayaan Betawi saat ini bisa dibilang tak lagi mampu
menghidupi para pelakunya dari segi finansial. Tidak tentunya jadwal tampil,
hingga makin tersisihnya kesenian dan kebudayaan lokal dengan menu-menu hiburan
modern adalah masalah klise kenapa budaya dan kesenian Betawi jauh tertinggal
dari kebudayaan lokal lainnya.
“Ya kita paling dipake
(diajak pentas) buat hajatan. Atau kalo lagi gini nih, lagi ada acara-acara aja
kita diajak. Kalau gak ada yang nganggur,” tukasnya.
Ilustrasi : Tari
Topeng
|
Beno Benyamin, salah
satu pemerhati Budaya Betawi yang juga merupakan anak dari mendiang seniman
kawakan Betawi, Benyamin S. juga pernah mengeluhkan hal serupa. Beno bahkan
mengusulkan adanya Perda (Peraturan Daerah) yang mewajibkan budaya dan kesenian
Betawi untuk tampil di tempat-tempat hiburan di Jakarta secara rutin.
“Kita maunya ada Perda
(Peraturan Daerah) seni budaya Betawi untuk tampil ke tempat-tempat seperti
hotel, restoran, dan sebagainya," kata Beno.
Udin, salah satu
penggiat budaya dan kesenian Betawi di Kampung Betawi Setu Babakan Jakarta
Selatan menilai bahwa kehadiran budaya dan kesenian Betawi di acara-acara
tersebut tak lebih dari sekedar pemanis. Sementara untuk jauh ke masalah
pembinaan dan pelestarian, pemerintah pusat maupun DKI Jakarta belum mengambil
langkah serius.
“Kalau itu kan kita
tampil, dapet honor terus pulang. Paling honornya seminggu habis. Nah buat dana
latihankelimpungan lagi dah,” katanya.
Pendapat berbeda
dikemukakan oleh Reza, pemuda asli Betawi yang juga merupakan pemerhati
kebudayaan dan kesenian khas Jakarta. Menurutnya kehadiran acara-acara yang
sepatutnya menjadi arena kebudayaan dan kesenian Betawi untuk unjuk gigi malah
menjadi bumerang bagi kesenian dan kebudayaan Betawi itu sendiri.
“Kesenian lokal diadu
sama band-band modern sekelas Slank, Dewa dan lain-lain, ya keok,” katanya saat
ditemui di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu.
Reza juga menilai
belum ada jalinan yang menguntungkan antara program-program pariwisata
pemerintah dengan pelestarian kesenian dan kebudayaan Betawi.
“Tanjidor, silat,
topeng dan tari-tarian Betawi selama ini kan tampil di awal. Nyambut Gubernur
dan pejabat, yang nonton siapa? Kalau ada niat melestarikan itu band-band yang
tampil di acara puncak suruh kolaborasi sama kesenian lokal,” tutup Reza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar